Pengantar
Bayangkan sebuah kelas yang diisi murid-murid yang sangat antusias belajar. Mereka sudah duduk di bangku masing-masing dan di depan tiap orang sudah terbuka buku pelajaran yang sebentar lagi akan dipelajari. Walaupun suara riuh mengisi kelas, tetapi kelihatan murid siaga menanti guru yang akan masuk.
Begitu Anda, guru yang dinantikan tiba di kelas, para murid spontan berdiri dan mengucapkan : "Selamat pagi, Pak Guru, kami siap untuk belajar hari ini.". Yah, dengan tersenyum Anda menerima salam dan penghormatan mereka yang unik dan berbeda dari yang kemarin, lalu Anda mempersilahkan mereka duduk.
Menit selanjutnya, ketika Anda mulai bicara dan menatap wajah tiap murid, Anda mendengarkan dengungan para siswa yang tertarik dan memperhatikan Anda. Dengan tubuh-tubuh yang condong ke depan penuh rasa ingin tahu, Anda merasakan semangat dan antusiasme siswa untuk belajar. Kini Anda benar-benar merasakan, sebagai guru, Anda memiliki pengaruh kuat terhadap kehidupan siswa Anda
Gambaran di atas adalah sesuatu yang mungkin terjadi di tiap sekolah atau lembaga pendidikan manapun, asalkan guru-guru mau dengan serempak melakukan perubahan dalam pendekatan terhadap siswa, serta melakukan pembenahan terhadap lingkungan dan suasana, bahan ajar, dan metode pembelajaran.
Dalam seminar ini, kita akan mendiskusikan berbagai hal, yang muaranya adalah bagaimana supaya kita menjadi guru yang lebih baik. Kita sama-sama tahu permasalahan pendidikan di negeri kita sangatlah kompleks, yang tidak mungkin dapat diperbaiki segera, apalagi hanya dengan peranan guru. Tetapi, walaupun demikian, para guru di lapangan adalah manusia merdeka sepanjang melakukan kebaikan untuk siswa, agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, memiliki rasa percaya diri dan kemandirian dalam belajar, memahami cara-cara belajar efektif yang sesuai cara kerja otak, memiliki sikap mental yang positif, dan pada akhirnya mampu mencetak prestasi tinggi dalam ujian-ujian di sekolah, Ujian Nasional, serta ujian masuk Perguruan Tinggi.
Sumber utama bahan seminar ini adalah Quantum Teaching. Tapi saya tidak berani menggunakan judul seminar Quantum Teaching tanpa izin Bobbi DePorter, Mark Reardom, dan Sarah Singer-Nourie.
1. MULTI PERAN PARA-GURU
Di zaman ini, para guru tidak cukup lagi sebagai pemberi ilmu pengetahuan. Penempatan guru sebagai pihak yang lebih tahu dan siswa sebagai pihak yang tidak tahu bukan eranya lagi.
Dengan mengingat kompleksitas pendidikan dan kehidupan masyarakat, guru zaman ini sudah memainkan peran sebagai :
Bayangkan sebuah kelas yang diisi murid-murid yang sangat antusias belajar. Mereka sudah duduk di bangku masing-masing dan di depan tiap orang sudah terbuka buku pelajaran yang sebentar lagi akan dipelajari. Walaupun suara riuh mengisi kelas, tetapi kelihatan murid siaga menanti guru yang akan masuk.
Begitu Anda, guru yang dinantikan tiba di kelas, para murid spontan berdiri dan mengucapkan : "Selamat pagi, Pak Guru, kami siap untuk belajar hari ini.". Yah, dengan tersenyum Anda menerima salam dan penghormatan mereka yang unik dan berbeda dari yang kemarin, lalu Anda mempersilahkan mereka duduk.
Menit selanjutnya, ketika Anda mulai bicara dan menatap wajah tiap murid, Anda mendengarkan dengungan para siswa yang tertarik dan memperhatikan Anda. Dengan tubuh-tubuh yang condong ke depan penuh rasa ingin tahu, Anda merasakan semangat dan antusiasme siswa untuk belajar. Kini Anda benar-benar merasakan, sebagai guru, Anda memiliki pengaruh kuat terhadap kehidupan siswa Anda
Gambaran di atas adalah sesuatu yang mungkin terjadi di tiap sekolah atau lembaga pendidikan manapun, asalkan guru-guru mau dengan serempak melakukan perubahan dalam pendekatan terhadap siswa, serta melakukan pembenahan terhadap lingkungan dan suasana, bahan ajar, dan metode pembelajaran.
Dalam seminar ini, kita akan mendiskusikan berbagai hal, yang muaranya adalah bagaimana supaya kita menjadi guru yang lebih baik. Kita sama-sama tahu permasalahan pendidikan di negeri kita sangatlah kompleks, yang tidak mungkin dapat diperbaiki segera, apalagi hanya dengan peranan guru. Tetapi, walaupun demikian, para guru di lapangan adalah manusia merdeka sepanjang melakukan kebaikan untuk siswa, agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, memiliki rasa percaya diri dan kemandirian dalam belajar, memahami cara-cara belajar efektif yang sesuai cara kerja otak, memiliki sikap mental yang positif, dan pada akhirnya mampu mencetak prestasi tinggi dalam ujian-ujian di sekolah, Ujian Nasional, serta ujian masuk Perguruan Tinggi.
Sumber utama bahan seminar ini adalah Quantum Teaching. Tapi saya tidak berani menggunakan judul seminar Quantum Teaching tanpa izin Bobbi DePorter, Mark Reardom, dan Sarah Singer-Nourie.
1. MULTI PERAN PARA-GURU
Di zaman ini, para guru tidak cukup lagi sebagai pemberi ilmu pengetahuan. Penempatan guru sebagai pihak yang lebih tahu dan siswa sebagai pihak yang tidak tahu bukan eranya lagi.
Dengan mengingat kompleksitas pendidikan dan kehidupan masyarakat, guru zaman ini sudah memainkan peran sebagai :
- Pengajar - Membuat siswa mengetahui, mengerti sisi pelajaran.
- Pelatih - Membuat siswa terampil menjawab soal-soal pelajaran.
- Pemimpin/Motivator - Mendorong siswa supaya memiliki semangat tinggi dalam belajar, mengilhami siswa mencapai prestasi tinggi.
- Pembimbing/Pengasuh - Mengarahkan siswa dan memberi keteladanan supaya siswa percaya diri, berpikir dan berjiwa besar, dan berpikir positif.
2. HAK MENGAJAR
Untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama seorang guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid. Sertifikat mengajar atau dokumen yang mengizinkan seseorang mengajar atau melatih hanya berarti dia memiliki wewenang untuk mengajar. Hal ini tidak berarti bahwa dia mempunyai hak mengajar.
Mengajar adalah hak yang harus diraih, dan diberikan oleh siswa, bukan oleh pemerintah atau pengurus yayasan. Belajar dari segala definisinya adalah kegiatan full contact. Dengan kata lain, belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia - pikiran, perasaan, bahasa tubuh - di samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian, karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar dan diraih oleh guru.
3. SUASANA BELAJAR
Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis (Waberg dan Greenberg, 1997 dalam Quantum Teaching, hal. 19).
Bahan-bahan kunci untuk membangun suasana yang bagus adalah niat, hubungan, kegembiraan. ketakjuban, pengambilan risiko, rasa saling memiliki, dan keteladanan.
4. PERANAN EMOSI DALAM BELAJAR
Penelitina otak semakin menunjukkan adanya hubungan antara keterlibatan emosi, memori jangka panjang, dan belajar. Peneliti dan psikolog kognitif, Dr. Daniel Goleman menjelaskan:
"Dalam tarian perasaan dan pikiran, kekuatan emosi menuntun keputusan kita saat demi saat, bekerja bahu membahu dengan pikiran rasional, mengaktifkan - atau menonaktifkan - pikiran itu sendiri. Boleh dibilang, kita mempunyai dua otak, dua pikiran - dan dua jenis kecerdasan: rasional dan emosional. Bagaimana kita berkiprah dalam hidup (dalam belajar) ditentukan oleh keduanya - bukan hanya IQ, melainkan kecerdasan emosional juga berperan. Tentu saja intelek tidak dapat bekerja pada puncaknya tanpa kecerdasan emosional".
Penelitian menyampaikan kepada kita, bahwa tanpa keterlibatan emosi, kegiatan saraf otak itu kurang dari yang dibutuhkan untuk "merekatkan" pelajaran dalam ingatan. (dalam Quantum Teaching, hal. 22).
5. LANDASAN BELAJAR
Kita dapat membangun landasan yang kukuh untuk belajar (di kelas) dengan menggariskan parameter dan pedoman yang jelas untuk diikuti siswa, antara lain:
1) Tujuan
2) Prinsip-prinsip
3) Keyakinan
4) Prosedur
5) Kebijakan
6) Peraturan
7) Kesepakatan bersama.
Parameter-parameter ini harus jelas bagi semua siswa, dan mereka harus berkomitmen untuk mengikutinya. Pedoman yang jelas akan menciptakan lingkungan kelas yang aman, meningkatkan pengambilan risiko dan belajar.
6. MERANCANG PENGAJARAN
Kebanyakan guru masuk ke kelas dengan apa adanya, membawa buku pembelajaran yang tersedia. Banyak guru tidak merancang pengajarannya untuk mendukung siswa meraih kesuksesan. Itu tadi, karena guru berpandangan dirinya adalah semata-mata pemberi ilmu pengetahuan dan siswa penerima ilmu pengetahuan.
Quantum Teaching merekomendasikan bagaimana supaya guru sebelum masuk ke kelas sudah terlebih dahulu merancang pengajaran, yang diyakini dapat:
- Memuaskan gaya belajar siswa
- Memanfaatkan serangkaian kecerdasan siswa
- Melejitkan motivasi siswa
- Menyiapkan siswa meraih kesuksesan belajar.
7. CIRI-CIRI YANG BERNILAI LEBIH
- Antusias: menampilkan semangat hidup
- Menyenangkan: disukai terutama karena kepribadiannya
- Berwibawa: menggerakkan orang
- Positif: melihat peluang setiap saat
- Supel: mudah menjalin hubungan
- Humoris: melihat bukan hanya dari satu sisi, memberi respon yang menyenangkan
- Luwes: menemukan lebih dari satu cara untuk mencapai hasil
- Fasih: berkomunikasi dengan jelas, ringkas, dan jujur
- Menerima: berhati lapang untuk menerima kesalahan
- Tulus-ikhlas: memiliki niat baik dan motivasi positif
- Spontan: dapat mengikuti irama dan tetap menjaga hasil
- Peduli diri siswa: memperhatikan berbagai aspek yang dibutuhkan siswa
- Menetapkan dan memelihara harapan tinggi
- Menganggap siswa mampu: percaya akan dan mendorong siswa menuju sukses
Tidak ada komentar:
Posting Komentar