DEMI ANAK HEBAT, ORANGTUA PERLU "HEBAT"


Mengungkap Permasalahan Belajar yang Dihadapi Siswa
(SMA dan SMP) dan Menawarkan Solusi Bagi Orangtua yang
Ingin Melihat Anaknya Menjadi Anak yang Hebat dan Membanggakan


1. HARAPAN ORANGTUA PADA ANAK YANG DUDUK DI BANGKU SMA ATAU SMP
Sebagai orangtua, sangat wajar jika kita menaruh harapan terhadap anak-anak kita. Sejak muda kita telah berjuang meraih impian-impian pribadi kita (di bidang pendidikan, karir, materi, dan lain-lain), maka setelah berkeluarga dan mempunyai anak, kita memasuki arena perjuangan baru, yakni membimbing anak dan menghantarkan mereka memasuki kehidupan yang ideal.

Kita yang memiliki putra atau putri yang kini duduk di bangku SMA atau SMP, kalau boleh saya prediksi, kita semua menaruh harapan pada putra atau putri kita itu:
  • Sekarang: rajin dan semangat belajar, berprestasi di sekolah, bersikap dan berperilaku positif
  • Jangka pendek: lulus UN dengan baik, masuk perguruan tinggi terbaik (harapan orangtua SMA) - lulus UN dengan baik dan masuk SMA favorit (harapan orangtua SMP).
  • Jangka panjang: berpendidikan setinggi-tingginya, mendapat pekerjaan baik, sukses/kaya, jadi pemimpin, berguna bagi keluarga, masyarakat, dan Negara.

Jika sekarang Anda sudah menyaksikan putra atau putrinya: rajin dan semangat belajar, berprestasi di sekolah, bersikap dan berperilaku positif, maka berbahagialah Anda. Tetapi, jika pun belum mari kita cari faktor penyebabnya dan mencari solusinya.


2.RISET UNIVERSITAS YALE TENTANG KESUKSESAN, TAHUN 1950 & 1970
Pada tahun 1950, Universitas Yale membagi angket dan menanyakan kepada 1000 mahasiswa: apa cita-cita mereka, kehidupan yang bagaimana yang mereka impikan pada 20 tahun yang akan datang. Ke 1000 mahasiswa tadi memberi jawaban yang berkisar pada: sangat sukses, luar biasa, sukses, kaya raya, kaya, sangat terkenal, dan terkenal.

Pada tahun 1970, Universitas Yale kembali meneliti ke 1000 orang yang dulu sewaktu mahasiswa dibagi angket itu. Bagaimanakah realita kehidupan ke 1000 orang itu. Ternyata:

  • 1%  Sangat Sukses
  • 4%  Sukses
  • 15% Hidup Sederhana
  • 19% Masih Bekerja/Berjuang
  • 21% Telah Meninggal Dunia
  • 40% Hidup Dalam Kemiskinan
Data tersebut mengungkapkan banyak hal yang patut direnungkan oleh semua orang, yaitu:
  • Pada umumnya orang menginginkan kehidupan yang sukses
  • Pada kenyataannya hanya sedikit orang yang sukses
  • Untuk meraih sukses tidak mudah, yang mudah adalah meraih kegagalan.

3. DUA PONDASI PENTING UNTUK SUKSES
Jika kita belajar dari kehidupan orang-orang yang sudah berhasil atau sukses – dalam berbagai bidang – maka dapat disimpulkan bahwa untuk meraih kesuksesan dibutuhkan minimal dua hal, yaitu:
  • Motivasi untuk sukses, dan
  • Kepercayaan diri.

Motivasi sukses sangat erat kaitannya dengan tujuan (impian, dream). Tidak mungkin seseorang termotivasi kalau dia tidak mempunyai tujuan. Berdasarkan itu, tidak mungkin seseorang dapat meraih kesuksesan kalau tidak ada tujuan.

Kepercayaan diri berkaitan dengan pengetahuan dan pengenalan diri, paradigma terhadap diri. Kalau orang tidak mengetahui dan tidak mengenal “diri”-nya, maka dia cenderung memiliki pandangan (paradigma) yang yang tidak tepat pada dirinya. Paradigma yang tidak tepat pada diri akan menghasilkan ketidakpercayaan diri.


4. PROBLEM BESAR PUTRA-PUTRI KITA
Kalau saya boleh memberi pengkajian, bahwa kebanyakan anak-anak kita di Indonesia (pelajar) mengidap penyakit ini dan sudah akut:
  • Motivasi belajar rendah
  • Rasa percaya diri kurang
Fakta-fakta yang berkaitan dengan dua penyakit itu, sangat banyak anak-anak kita (pelajar) yang:
  • Malas belajar, malas membaca
  • Suka menunda-nunda belajar
  • Merasa capek dan terbeban dengan belajar
  • Lemah pelajaran tertentu (Matematika, Fisika)
  • Rendah prestasi belajar di sekolah dan bimbel
  • Suka menyontek kalau ujian
  • Banyak yang mencari bocoran soal kalau menjelang UN
  • Sangat khawatir menghadapi ujian masuk PTN

5. MENGAPA MOTIVASI BELAJAR ANAK RENDAH & SOLUSI
Kalau ditelusuri, mengapa banyak siswa Indonesia yang motivasi belajarnya rendah, maka kita akan berhadapan dengan faktor penyebab yang sangat kompleks, antara lain:
  • Kurang faktor pendukung (Internal, Eksternal)
  • Keadaan lingkungan (rumah, sekolah, masyarakat)
  • Sistem pendidikan (kurikulum, metode belajar-mengajar)
Orangtua memang tidak mungkin mengatasi semua faktor penyebab yang membuat motivasi belajar anaknya rendah. Tetapi dapat dipastikan, bahwa orangtua bisa berbuat banyak dan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar anak-anaknya.

Berikut ini adalah wilayah dimana orangtua dapat sangat berpengaruh untuk meningkatkan motivasi belajar anaknya:
  • Membangun harapan dan memasang target
  • Menyuntikkan tujuan dan impian
  • Membangun komunikasi efektif
  • Menciptakan saling pengertian dan sepakat
  • Mengupayakan lingkungan yang kondusif (rumah)
  • Memobilisasi dukungan (psikologis).
Berkaitan dengan tujuan, orangtua harus berupaya agar anaknya:
  • Memiliki tujuan (jangka pendek dan jangka panjang)
  • Tujuannya harus jelas dan sebaiknya dituliskan
Mengapa harus ada tujuan? Secara umum dapat dikatakan, bahwa adanya pencapaian (prestasi atau keberhasilan) hanya mungkin terjadi jika direncanakan atau dicita-citakan sebelumnya. Dalam bahasa psikologis Stephen R. Covey dalam bukunya “The 7 Habits of Highly Effective People”, dikatakan:
Segala sesuatu diciptakan dua kali, pertama Ciptaan Mental, kedua Ciptaan Fisik.

Kalau orang tidak punya tujuan, maka semangat hidupnya akan rendah, dia akan ikut arus atau mengikuti tujuan orang lain yang belum tentu sesuai untuk dia.

Apa perlunya tujuan jelas dan dituliskan?
Tujuan yang jelas akan membuat fokus, melahirkan semangat beraktivitas, dan menjadi senjata/kekuatan menghadapi godaan-godaan untuk melakukan kegiatan yang tidak penting atau negatif.

Kemudian, jika tujuan dituliskan (apalagi diukir dengan indah), yang memungkinkan dibaca sesering mungkin – ini akan membuat tujuan yang jelas tadi tertanam di otak bawah sadar. Kalau tujuan sudah tertanam di otak bawah sadar, maka otak bawah sadar yang memiliki kekuatan yang sangat besar akan mengerjakannya atau melakukan sesuatu untuk mewujudkannya.


6. MENGAPA RASA PERCAYA DIRI ANAK KURANG DAN SOLUSINYA
Orangtua seharusnya sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas rasa percaya diri anak-anaknya. Mengapa demikian, karena kepercayaan diri anak tidak mungkin tumbuh secara tiba-tiba, melainkan hasil proses panjang atau pengalaman anak sejak kecil (sebelum masuk pendidikan formal).

Kami pernah mengajukan pertanyaan kepada sekelompok siswa (kelas 3 SMA), sebagai berikut:

WHO ARE YOU?
Bagaimana Anda menilai diri Anda, siapakah Anda? Coba jawab dengan menandai kalimat di bawah ini. Boleh ditandai lebih dari satu, tapi maksimal empat. Disarankan Anda memilih jujur dan apa adanya.
  • Saya siswa yang pintar
  • Saya tidak begitu pintar
  • Saya berpotensi tinggi
  • Potensi saya sedang-sedang saja
  • Saya tahu saya dilahirkan untuk sukses
  • Saya belum tahu bagaimana masa depan saya
  • Saya pasti bisa masuk PTN terbaik
  • Saya hanya bisa berusaha, masuk PTN tergantung nasib
Hasil yang kami peroleh adalah, mayoritas anak menilai diri tidak begitu pintar, berpotensi sedang-sedang, tidak yakin dengan masa depannya, dan tidak yakin bisa masuk PTN.

Ini masukan penting bagi orangtua, bahwa hari ini (secepatnya) kita harus mengetahui bagaimana anak-anak kita memandang dirinya. Jika mengambil contoh pertanyaan di atas, anak-anak kita memilih semua jawaban kalimat bilangan genap, maka orangtua harus segera bertindak “menolong” anak agar merubah pandangannya.

Dengan berbagai cara, kita perlu mempengaruhi anak kita agar:
  • Dia mengetahui, menyadari, dan mengakui diri sejatinya
  • Dia tahu bahwa kalau dia berjuang dia pasti BISA
  • Dia tahu bahwa dia dilahirkan untuk SUKSES
  • Dia tahu bahwa dia dilahirkan untuk BERGUNA



SEMOGA PUTRA-PUTRI ANDA
MENJADI ANAK YANG HEBAT DAN MEMBUAT ANDA BANGGA

Tidak ada komentar: