Ternyata, masih banyak siswa-siswi yang baru saja menyelesaikan ujian nasional dan berencana melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi cenderung memilih program studi hanya berdasarkan tren, teman dekat, bahkan ada yang hanya menuruti keinginan orangtuanya untuk memilih sebuah program studi.
Berdasarkan pantauan Kompas.com melalui wawancara singkat dengan 10 pelajar di Jakarta, Kamis (29/4/2010), faktor yang menjadi penentu pemilihan program studi itu masih didominasi oleh tiga hal. Pertama, pemilihan menurut referensi orangtua. Kedua, pilihan didasarkan pada tren terkini, baik itu perguruan tinggi ternama maupun program studi yang memang sedang banyak dibutuhkan.
Sementara itu, faktor ketiga adalah faktor teman. Pemilihan ini hanya berdasarkan keinginan untuk tetap dekat dengan teman-teman karib atau sahabat yang memilih perguruan tinggi atau program studi tertentu.
"Saya pun mengakui, memang, tidak banyak yang benar-benar memilih perguruan tinggi sesuai bakat dan minatnya. Sampai saat ini pun kita belum menjadikan tes bakat dan minat sebagai langkah awal memilih perguruan tinggi, padahal itu sangat penting karena kebutuhan di dunia kerja akan selalu berubah," tutur Sudino Lim, CEO Inti College Indonesia, Kamis (29/4/2010) di Jakarta.
Menurut data survei tenaga kerja nasional yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) tahun 2009 lalu, tingginya jumlah pengangguran di Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan. Data tersebut mengungkapkan, dari 21,2 juta orang Indonesia yang masuk dalam angkatan kerja, sebanyak 4,1 juta atau sekitar 22,2 persen adalah pengangguran.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi, tingkat pengangguran terbuka itu didominasi oleh lulusan diploma dan universitas dengan kisaran angka di atas 2 juta orang. Merekalah yang kerap disebut dengan "pengangguran akademik" akibat "salah" memilih jurusan.
"Rata-rata anak-anak di luar negeri itu sudah lebih mandiri. Pengetahuan mereka dan kebutuhan mereka akan literasi mencari jurusan lebih terbuka. Seminar-seminar karier yang penting di sini kurang betul diikuti dan justru sering dilupakan orangtua siswa," ujar Lim.
KOMPAS.com
Berdasarkan pantauan Kompas.com melalui wawancara singkat dengan 10 pelajar di Jakarta, Kamis (29/4/2010), faktor yang menjadi penentu pemilihan program studi itu masih didominasi oleh tiga hal. Pertama, pemilihan menurut referensi orangtua. Kedua, pilihan didasarkan pada tren terkini, baik itu perguruan tinggi ternama maupun program studi yang memang sedang banyak dibutuhkan.
Sementara itu, faktor ketiga adalah faktor teman. Pemilihan ini hanya berdasarkan keinginan untuk tetap dekat dengan teman-teman karib atau sahabat yang memilih perguruan tinggi atau program studi tertentu.
"Saya pun mengakui, memang, tidak banyak yang benar-benar memilih perguruan tinggi sesuai bakat dan minatnya. Sampai saat ini pun kita belum menjadikan tes bakat dan minat sebagai langkah awal memilih perguruan tinggi, padahal itu sangat penting karena kebutuhan di dunia kerja akan selalu berubah," tutur Sudino Lim, CEO Inti College Indonesia, Kamis (29/4/2010) di Jakarta.
Menurut data survei tenaga kerja nasional yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) tahun 2009 lalu, tingginya jumlah pengangguran di Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan. Data tersebut mengungkapkan, dari 21,2 juta orang Indonesia yang masuk dalam angkatan kerja, sebanyak 4,1 juta atau sekitar 22,2 persen adalah pengangguran.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi, tingkat pengangguran terbuka itu didominasi oleh lulusan diploma dan universitas dengan kisaran angka di atas 2 juta orang. Merekalah yang kerap disebut dengan "pengangguran akademik" akibat "salah" memilih jurusan.
"Rata-rata anak-anak di luar negeri itu sudah lebih mandiri. Pengetahuan mereka dan kebutuhan mereka akan literasi mencari jurusan lebih terbuka. Seminar-seminar karier yang penting di sini kurang betul diikuti dan justru sering dilupakan orangtua siswa," ujar Lim.
KOMPAS.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar